Senin, 29 Mei 2017

Pura Agung Giri Natha

LAPORAN AKHIR
RUMAH IBADAH AGAMA HINDU

Dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama Hindu

Disusun Oleh:
Rozatul Husna S (11150321000043)
Nadya Qurotu A I (11150321000044)

Dosen Pengampu : Siti Nadroh, M.Ag

C:\Users\ROZATU~1\AppData\Local\Temp\ksohtml\wps828C.tmp.png

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017


KATA PENGANTAR


Bismillahirohmaanirrohiim
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW. Keluarga dan para sahabatnya Amiin.
Alhamdulillah pada kesempatan ini penulis telah menyelesaikan tugas ini untuk mendapatkan nilai dari dosen pada jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, walaupun dalam penyusunan tugas ini banyak sekali hambatan, tetapi dengan niat dan ketekadan penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas ini.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan serta dukungan dalam penyelesaian tugas ini, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen Siti Nadroh, M.Ag. Akhirnya kepada Allah SWT. Jugalah pebulis berdoa semoga amal baik senantiasa mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Aamiin. Wassallammu’alaikum Warohmatullahi Wabarokat



DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR……………………………….................................................. 1
DAFTAR ISI……………………………………….................................................... 2
BAB I         PENDAHULUAN……………………………………………………… 3
  1. Latar Belakang ………………………………………….. ……………….…. 3
  2. Permasalahan……………………………………………....................……… 4
  3. Rencana Kegiatan…………………………………………………....………. 4
BAB II         PEMBAHASAN……………………………………………….............. 5
  1. Sejarah Pura………………………………………………………………..… 5
  2. Fungsi dan Tujuan Pura……………………………………………………… 6
  3. Pelaksanaan Kegiatan………………………................................................... 8
BAB III       PENUTUP……………………………………………………………... 12
  1. Kesimpulan………………………………………………………………….. 13
  2. Saran………………………………………………………………………… 13
REFERENSI………………………………………………………………………… 14



BAB I
PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang
Setiap agama di dunia ini pasti mempunyai tempat suci untuk beribadah. Banyak tempat beribadah di bangun untuk di buat memuja Tuhan. Pura merupakan tempat suci bagi Umat Hindu. Pada mulanya istilah Pura yang berasal dari kata Sanskerta itu. Sebelum dipergunakan kata Pura untuk manamai tempat suci atau tempat pemujaan dipergunakanlah kata “Kahyangan atau Hyang”. berarti kota atau benteng yang sekarang berubah arti menjadi tempat pemujaan Hyang Widhi
Tempat-tempat yang dianggap suci disebutkan pada bagian awal dari tulisan ini (Tantra Samuccaya I.1.28), yakni di Tìrtha atau Patìrthan, di tepi sungai, tepi danau, tepi pantai, pertemuan dua sungai atau lebih, di muara sungai, dipuncak-puncak gunung atau bukit-bukit, di lereng-lereng pegunungan, dekat pertapaan, di desa-desa, di kota atau pusat-pusat kota dan di tempat-tempat lain yang dapat memberikan suasana bahagia. Untuk itu banyak pura-pura yang di bangun di tempat-tempat yang disebutkan itu sejatinya untuk memperoleh ketenangan pada saat memuja Sang Hyang Widhi Wasa. Istilah Pura pertama kali berasal dari masyarakat Hindu di Bali namun sekarang nama Pura sudah di pakai untuk menamai tempat suci Umat Hindu secara nasional. Konsepsi Pura sebagai tempat pemujaan untuk dewa manifestasi Hyang Widhi di samping juga untuk pemujaan roh leluhur yang disebut Bhatara. Hal ini memberikan salah satu pengertian bahwa Pura adalah simbul Gunung (Mahameru) tempat pemujaan dewa dan bhatara.



  1. Rumusan Masalah
    1. Bagaimana sejarah pura
    2. Apa fungsi dan tujuan pura dibangun
    3. Kegiatan pelaksanaan di pura


  1. Tujuan Masalah
    1. Untuk mengetahui bagaimana proses sejarah pura
    2. Untuk mengetahui apa fungsi dan tujuan dibangunnya pura
    3. Untuk mengetahui proses kegiatan dipura




BAB II
PEMBAHASAN

PURA AGUNG GIRI NATHA

  1. SEJARAH PURA
Alamat : Jl. Sumbing No 12, Bendungan Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Pura Agung Giri Natha merupakan sebuah tempat ibadah atau tempat suci bagi umat Hindu. Pura Agung Giri Nantha ini merupakan salah satu dari lima pura yang ada di kota Semarang. Pura yang terletak di atas Bukit Sumbing ini merupakan pura terbesar di Kota Semarang. [1]
Pura Agung Giri Natha tersebut di bangun sekitar tahun 1968 oleh umat Hindu yang berdomosili di Kota Semarang. Namun baru diresmikan sekitar tahun 2004 yang lalu oleh Gubernur Jawa Tengah Mardianto. Secara bertahap pura ditata, mulai dari membangun Padmasana, bale pesandekan, tembok penyengker, candi dan sarana pendukung lainnya dari semangat gotong royong umat. Pura Giri Natha Semarang merupakan Pura terbesar di kota Semarang. Masyarakat Hindu pengempon Pura ini kurang lebih 200 KK atau sekitar 2000 jiwa.[2]
Sejarah membangun pura tersebut penuh perjuangan, sebab dari yang belum ada menjadi ada harus secara gotong-royong bersama-sama umat Hindu di Jawa Tengah, khususnya Kota Semarang," ucap Nengah Wirta yang saat ini bertugas di Polda Jawa Tengah. Menurut dia, setiap hari ada saja umat yang bersembahyang ke pura tersebut, bahkan hari kebesaran lainnya, seperti purnama (bulan terang) dan tilem (bulan gelap) umat akan melakukan sembahyang bersama keluarganya dan melakukan semadi. [3]Namun dalam kegiatan keagamaan dilakukan pada peringatan (piodalan) yang jatuh setiap setahun sekali, yakni Purnama Sasih Kedasa.
Prosesi upacaka yang digunakan dalam piodalan adalah upacara yang menyesuaikan dengan keberadaan wilayah. Kami disini membuat upakara yang diangkat adalah esensi dari upacara sesuai dengan sastra Hindu," katanya. Untuk aktivitas sosial, kata dia, umat Hindu dengan umat lainnya sangat kuat toleransinya. Setiap ada acara di pura, umat lain saling membantu, begitu juga sebaliknya.[4]
Keberadaan umat beragama di Kota Semarang sangat rukun dan harmonis. Misalnya pada upacara Tawur Agung Kesanga (sehari menjelang Nyepi) kita mengadakan parade budaya dengan pawai Ogoh-Ogoh," ujarnya. Nengah Wirta lebih lanjut mengatakan perhatian Pemerintah Kota Semarang terhadap keberadaan umat Hindu beserta Pura Agung Giri Natha sangat besar sekali.[5]
B. Fungsi dan Tujuan Pura
Pura sebagai tempat suci Umat Hindu di Indonesia. Pura merupakan tempat pemujaan Hyang Widhi Wasa dalam prabawa-NYA (manifestasiNYA) dan atau Atma Sidha Dewata (roh suci leluhur) dengan sarana upacara yadnya dari Tri Marga. Dalam Buku Materi Pokok Acara Agama Hindu disebutkan bahwa Pura sebagai tempat suci Umat Hindu memiliki arti dan fungsi yang sangat penting:[6]
        1. Tempat untuk memuja Tuhan dengan segala manifestasinya.
        2. Tempat umat mendekatkan diri dengan Sang Pencipta yaitu Tuhan.
        3. Tempat dialog/komunikasi sosial masyarakat dan tempat persaksian atas suatu aktivitas.
        4. Tempat mengasah dan mendidik calon-calon pemimpin masyarakat.[7]
Menurut Gusti Ngurah Rai, fungsi Pura dapat dikelompokan dalam 3 kelompok yaitu:
  1. Fungsi spiritual        : Dharma Sedana, Dharma Yatra
  2. Fungsi pendidikan    : Dharma Wacana, Dharma Tula
  3. Fungsi sosial             : Dharma Shanti, Dharma Gita.[8]

C. KEGIATAN KEAGAMAAN
Keberadaan Pura Agung Giri Natha Semarang ini tidak jauh berbeda aktivitasnya dengan pura-pura di Pulau Dewata, namun ada kelebihan lain di pura yang terletak di atas perbukitan kota tersebut, yakni di areal `Jaba Tengah` (kawasan tengah pura) dijadikan tempat aktivitas untuk proses belajar-mengajar, diskusi, dan kegiatan sosial lainnya.[9]
Pada hari tertentu umat sedharma melakukan sembahyang bersama dan melakukan semadi. Bahkan ada juga umat lain melakukan yoga di pura tersebut," ujarnya yang didampingi Ketua Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Semarang Ketua WHDI Retno Ediati. Setiap hari selalu ada saja umat Hindu yang sembahyang disana, bahkan beberapa diantaranya melakukan Yoga bersama pada saat Purnama atau Tilem (bulan mati). Piodalan Pura Giri Natha semarang jatuh setiap tahun yaitu setiap Purnama Sasih Kadasa.[10]
Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan di pura ini meliputi :
  1. Saraswati, pemujaan terhadap Dewi Pengetahuan.
  2. Pagerwesi, adalah hari penutup untuk seri ‘Kekayaan’ dari perayaan yang menandakan Spiritual ‘Penguatan’.
  3. Galungan, Hari Kemenangan Dharma.
  4. Kuningan, adalah 10 hari setelah hari raya galungan.
  5. Siwaratri atau Shivaratri, malam Allah Shiva. Sebuah waktu untuk kontemplasi kudus dan pemurnian, Baik tidak tidur selama satu malam.
  6. Hari Raya Nyepi, Hari Raya Nyepi  adalah perayaan Tahun Baru.
  7. Tumpek Landep, adalah hari suci yang didedikasikan untuk berkat-berkat Produk Logam.
  8. Purnama, hari khusus untuk acara pesta atau perayaan.
  9. Tilem Mati, Mati Bulan.[11]
Persayaratan untuk memasuki pura agung giri natha:
  1. Untuk wanita tidak dalam keadaan datang bulan.
  2. Tidak ada anggota keluarga yang meninggal dalam waktu beberapa hari sebelum memasuki Pura.
  3. Tidak terdapat noda noda lain yang dapat menodai kesucian Pura.
  4. Tidak mempunyai hubungan langsung yang terkait dengan kedudukan dan fungsi masing masing seperti pengayom dan pembina umat, upacara atau sembahyangan.
  5. Memakai pakaian yang sopan.
  6. Menjaga tutur kata selama dalam lingkungan Pura.
  7. Melepas alas kaki dan memakai selendang.
  8. Mendapat ijin masuk dari pengurus Pura atau majelis Parisada.[12]
Lokasi Pura ini berada di tengah kota. Akses kesana cukup mudah, namun tidak ada transportasi naik keatas. jadi anda harus berjalan sekitar 300 meter keatas untuk menuju tempat ini. Penginapan dan hotel murah di Semarang juga banyak disekitar Pura. Tempat ini tertutup jika sedang digunakan dalam kegiatan keagamaan. Jadi ketepatan waktu memegang peranan penting anda bisa memasuki tempat ini atau tidak.[13]
Ritual pertama digelar, upacara Tawur Kesanga sesuai dengan ajaran Tri Hita Karana. Para perempuan membawa sapu lidi sedangkan lelaki membawa obor, tulud dan kentongan. Para umat Hindu mengikuti upacara Bhutayajna dengan bersembahyang di pelataran pura bagian tengah (madya mandala).
Aneka sesaji dihidangkan untuk persembah Bhuta Kala. Setelah ritual Bhutayajna selesai, mereka naik ke pelataran pura bagian utama (utama mandala) dan melakukan upacara Dewayajna (korban suci kepada Tuhan).
Upacara tersebut mengejawantahkan manusia harus taat pada tiga unsur agar memiliki kehidupan yang baik dan seimbang. Pertama adalah taat kepada ajaran agama, kedua sebagai umat manusia selalu menjaga toleransi dan melakukan interaksi antar umat manusia. Serta harus menghormati dan memelihara alam semesta. Sebab alam semesta memberikan kehidupan bagi seluruh makhluk yang ada di dalamnya.[14]
Acara tersebut merupakan acara pembukaan yang dilakukan sehari sebelum uapacara ibadah Catur Bratha Nyepi. Umat Hindu akan melakukan amati geni, amati karyo, amati lelungan dan amati lelanguan. Mereka tidak makan, tidak minum, tidak bepergian dan pantangan lainnya, serta memohon ampun kesalahan diri atau instropeksi diri.[15]
                             
                 


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Pura Agung Giri Natha merupakan sebuah tempat ibadah atau tempat suci bagi umat Hindu. Pura Agung Giri Nantha ini merupakan salah satu dari lima pura yang ada di kota Semarang. Pura yang terletak di atas Bukit Sumbing ini merupakan pura terbesar di Kota Semarang.
Pura Agung Giri Natha tersebut di bangun sekitar tahun 1968 oleh umat Hindu yang berdomosili di Kota Semarang. Namun baru diresmikan sekitar tahun 2004 yang lalu oleh Gubernur Jawa Tengah Mardianto.
Keberadaan Pura Agung Giri Natha Semarang ini tidak jauh berbeda aktivitasnya dengan pura-pura di Pulau Dewata, namun ada kelebihan lain di pura yang terletak di atas perbukitan kota tersebut, yakni di areal `Jaba Tengah` (kawasan tengah pura) dijadikan tempat aktivitas untuk proses belajar-mengajar, diskusi, dan kegiatan sosial lainnya. Dan pura agung giri natha ini juga sebaggi tempat wisata. Dan memiliki beberapa peraturan atau persayaratan untuk masuk kedalam pura tersebut.

SARAN
Saran kami kepada pembaca, mari kita sama – sama ikut serta melestarikan warisan leluhur yang agung ini yaitu Pura Agung Giri Natha yang sebenaranya tempat ini kita ditujukan untuk selalu memuja dan bersyukur kepada Tuhan. Kami mengharapkan kepada semua umat hindu yang ada di Semarang maupun diluar Semarang, untuk selalu ingat akan kebesaran Tuhan karna berkat Beliau kita bisa merasakan apa yang kita daptkan selama kita hidup. Dan bersyukurlah kepada-Nya, sadarkan diri anda bahwa sesungguhnya kita adalah ciptaa-Nya, bersujudlah kehadapa-Nya sebelum terlambat.
REFERENSI


https://paduarsana.com/2016/10/23/pura-giri-natha-semarang/, dikutip pada tanggal 18 Mei 2017 jam 19.05






 
Tari Cendrawasih di Pura Giri Natha
Tari Cendrawasih, durasi : 07 menit 10 detik
Tarian cendrawasih yang ditampilkan oleh seorang wanita dan kemudian datang satu wanita lain dilakukan didalam gedung yang lantainya sudah ditebarkan bunga berwarna merah dan putih.

 
 
 Pura Giri Natha
Pura Agung Giri Natha Kegiatan Durasi : 02 menit 28 detik
Menampilkan situasi dan bangunan yang ada didalam Pura Agung Giri Natha, juga kegiatan umat hindu yang ada didalam pura tersebut.
 


 
 Upacara Pernikahan Pawiwahan Umat Hindu Surabaya
Upacara Pawiwahan Pernikahan Umat Hindu Surabaya, Durasi : 05 menit 38 detik
Menampilkan prosesi pernikahan umat hindu Surabaya dan kegiatan mepanes atau potong gigi pada kedua mempelai pengantin dan setelah itu pengantin menginjak telur disesajen sehingga pecah.

 
Upacara Penguburan Umat Hindu Kaharingan, Durasi : 01 menit 55 detik
Menampilkan mayat yang sudah ditutupi oleh penutup dan sudah dimasukan ke keranda kayu yang masih diletakan didalam rumah dan diiringi dengan musik. 




Menjelajahi Pura Giri Natha Makassar, durasi : 05 menit 53 detik
Menampilkan bangunan yang ada dipura, sperti ganesha, ruang belajar, halamannya, tempat kelembagaan, dan sebagainya.

1 komentar: