Senin, 29 Mei 2017

Pura Tirta Sudamala

LAPORAN AKHIR
RUMAH IBADAH AGAMA HINDU

Dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama Hindu

Disusun Oleh:

Rozatul Husna S (11150321000043)
Nadya Qurotu A I (11150321000044)

Dosen Pengampu : Siti Nadroh, M.Ag

wps828C.tmp

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas mengenai Pura Agama Hindu dengan baik dan tepat waktu. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas Agama Hindu di Universitas Islam Negri Jakarta.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, dan tidak jauh dari kekurangan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penulisan dan penyusunan makalah ini.





BAB I
Pengetahuan Agama Hindu di Bali kini sudah mengalami suatu peningkatan dari segi pemahaman dan kreatifitas orang hindu sudah mulai muncul, ini diakibatkan karna pada masa ini dengan banyaknya berbagai bencana dan hal – hal yang diluar pemikiran manusia yang menjadi landasan kesadaran manusia untuk memahami lebih dalam tentang ajaran Agama. Dengan banyak bimbingan maupun darmawacana dari bebrbagai orang suci umat hindu di Bali khususnya mendapatkan banyak kesadaran bahwa kita tidak hanya sekedar memeluk tetapi memahami apa makna,maupun dapat melakukan sutu perbuatan yang tercermin ke Dharmaan di dalam beragama Hindu
Kita orang Hindu harus berbangga, karma Hindu merupakan agama tertua di dunia, bahkan untuk saat ini sudah banyak muncul bukti – bukti sejarah keberadaan Agma Hindu di Indonesia dan Di Bali khususnya. Agar kita sebagai umat hindu dapat menjaga dan melestarikan warisan budaya dan banyak tempat suci sebagai simbolisasi keagungan Hindu di bali yang menjadi pulau seribu pura yang menjadi kebanggaan umat hindu. Dengan demikian kita sebagai umat hindu yang memiliki kemauan untuk menjaga keajegan bali agar dapat menjaga dan melestrikan tempat suci ( Pura ) dan mengetahui apa makna maupun filosfi dari berdirinya tempat suci tersebut untuk dapat menambah keyakinan kita untuk memeluk agama Hindu.
Dibawah ini kami akan uraikan salah satu tempat suci yang menjadi simbol kebessaran bagi umat hindu dikota Singaraja, di Bali maupun di Indonesia, pura tersebur adalah Pura Besakih yang merupakan pura Sad Khayangan yang dipercayai oleh umat hindu.
Bangunan suci Hindu umumnya menyerupai replika sebuah gunung, karena menurut filsafat Hindu, gunung melambangkan alam semesta dengan ketiga bagiannya. Selain itu, gunung merupakan kediaman para Dewa, seperti misalnya gunung Kailasha yang dipercaya sebagai kediaman Dewa Siwa. Selain menyerupai gunung, terdapat bangunan suci Hindu yang memiliki atap bertumpuk-tumpuk, dan di Indonesia dikenal dengan istilah Meru. Meru merupakan lambang dari lapisan alam, mulai dari alam terendah sampai alam tertinggi. Pura merupakan tempat ibadah dalam agama hindu, di setiap pura di Bali memiliki makna, serta sejarah yang melatar belakangi, yang di wariskan oleh leluhur,untuk masyarakat Hindu kususnya di kota Singaraja. Pura Tirta Sudamala merupakan, Pura dengan sejarah pendirian dan filosofis yang mendasari kehidupan masyarakat hindu hingga saat ini.
Dalam penelitian mengenai sejarah dan filosofi Pura Tirta Sudamala, sudah sangat banyak data –data yang di dapatkan oleh peneliti sebelumnya, semua itu dapat di lihat dari babad- babad dan Tattwa-tattwa mengenai Pura Tirata Sudamala itu sendiri. Tapi dengan tulisan ini kami menyajikan secara ringkas mengenai sejarah dan filosofis Pura Tirta Sudamala.




BAB II
PEMBAHASAN

“Pura Tirta Sudamala”


  1. Sejarah Berdirinya Pura Tirta Sudamala

Pure Tirta Sudamala terletak di Banjar Sedit, Desa Bebalang, Kabupaten Bangli. Untuk menuju pure ini dari Kota Bangli kira-kira 2 KM.
Pura Sudhamala merupakan salah satu pura yang cukup terkenal di Kabupaten Buleleng. Pura ini dikenal sebagai pura penglukatan dimana air/tirta yang didapat berasal dari pancoran Sudhamala. Tirta tersebut dipercaya memiliki banyak khasiat sebagai tirta pengobatan.[1]
Sekitar abad ke 18 terjadi ledakan air dahsyat yang tebing subak banyumala. Ledakan air tersebut menghasilkan kucuran air yang kemudian oleh warga Banyumala dipendak atau di sebarkan kepada seluruh warga dengan tujuan pembersihan dan pengelukatan. Air tersebut juga digunakan untuk pembersihan tukad banyumala. Zaman pemerintahan Ki Barak Panji Sakti di Buleleng, tukad banyumala berkedudukan sebagai benteng buleleng barat dan tukat banyuning sebagai benteng buleleng timur. [2]
Dahulu tukad bayumala itu sangat kotor atau cemer karena banyak sapi-sapi petani di desa banyumalayang mati karena meminum air tukad tersebut. Pada bulan Mei 2007, kucuran air tersebut kemudian dibuatkan pancoran yang kini diberi nama Pancoran Sudhamala. Pada tanggal 21 September 2007, pembangunan pancoran itu selsesai dan dilanjutkan dengan membangun pura sudhamala. Pembangunan pura ini mengembangkan konsep tri mandala yaitu mandala utama, mandala madya, dan mandala nista.  Bagian mandala utama yaitu tempat tukad banyumala dan pancoran sudhamala berada serta terdapat pelinggih suci bernama Dewa Ayu Manik Sudhamala. Bagian mandala madya yaitu tempat persembahyangan dan ngaturang banten oleh para pemedek, bale pesandekan, serta terdapat pelinggih suci yang bernama dewa taksu manic giri.  Bagian mandala nista yaitu tempat parker para pengunjung atau pemedek yang ditempatkan di areal luar pura.[3]
Berdasarkan arti dari kamus, Sudhamala berarti pengobatan, sehingga pura tirta sudhamala berarti pura air pengobatan. Dalam konteks agama, sudhamala berarti pemarisudha, penglukatan dan peleburan. Fungsi dari tirta sudhamala  tersebut digunakan yaitu untuk mengobati orang yang terkena penyakit karena ilmu hitam, orang kurang waras, serta wanita atau ibu yang sedang hamil. Prosesi pembersihannya dinamakan melukat dimana yang dilukat adalah buana alit atau diri kita sendiri dan buana agung adalah lingkungan di sekitar kita dan tempat kita tinggal. Tujuan melukat adalah untuk menghilangkan aura-aura negatif yang ada pada tubuh dan sekeliling diri manusia.[4]
Salah satu terapi penglukatan di pura sudamala adalah semedi kumkum, yaitu dengan berendam selama satu hari satu malam di tukad banyumala. Terapi ini biasanya dilakukan oleh orang-orang tua atau dewasa yang bertujuan untuk membersihkan aura-aura negatif dari dalam tubuh. Semadi kum-kum ini sudah berada pada tingkat atau level atas, karena tidak sembarang orang bisa melakukan semadi ini. Hanya orang-orang yang bersungguh-sungguh serta memiliki daya tahan tubuh kuat yang dapat melaksanakan semadi ini.[5]
Tirta sudamala selain dipakai untuk melukat juga dapat dipakai untuk minum dan sudah di uji kesuciannya oleh lintas agama. Berbagai corak agama sudah pernah mengunjungi pura tirta sudhamala dan membuktikan kekhasiatan tirta sudhamala.[6]
Pancuran air alami ini diyakini warga memiliki energi spiritual dari ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai tempat melukat (membersihkan diri) dan mesudamala (menyucikan diri). Air pancuran ini mengalir dari mata air alam di sekitar pohon bunut besar yang sudah berumur ratusan tahun.[7]
Pura tirta sudhamala hanya memiliki dua buah pelinggih yang terdapat di bagian mandala utama dan mandala madya. Berikut pelinggih-pelinggih Pura Tirta Sudamala.
    1. Pelingih yang berada di Utama Madala

Pelinggih ini disebut Sanggar Agung di sini melinggih Ida Betara Surya


Pelinggih ini merupakan pelinggihan Betara Gunung Agung

    1. Pelingih-pelinggih ini berada di Madya mandala.

Pelinggih ini berada di jabe tengah tepatnya di depan candi pure, pelinggih ini disebut Pengapit Lawang.

Pelinggih ini berada di atas tempat pemandian suci pure Tirta Sudemale, disini pelinggihan tirta.[8]

  1. Lokasi Pancuran Tirta Sudamala

Pancuran tirta sudamala ini berada di tengah rimbunya pohon yang tumbuh secara alami yang jauh dari keramaian. Sehingga memberikan nuansa spiritual dan tepat digunakan untuk tempat refleksi dan meditasi diri.[9]
Air murni yang keluar dari sela pohon bunut ini tidak pernah habis walau di musim kering sekalipun.
Di hari banyu pinaruh yang jatuh setiap enam bulan sekali merupakan hari menyucikan diri dengan sarana air dimana pancuran Tirta Sudamala ini dipadati oleh para umat yang ingin melakukan pengelukatan. 
Pura Tirta Sudamala, memiliki sejumlah pancuran dengan ukuran dan ketinggian berbeda kurang lebih terdapat sekitar 11 pancuran. Dengan 9 pancuran keberadaanya lebih tinggi dan 2 lainnya lebih rendah. Ini diyakini bermakna jumlah pancoran yang terdapat di tirta sudamala mencapai 9 pancoran yang mencirikan Dewata Nawa Sanga. Dua pancoran yang tingginya sekitar 2 meter yang diyakini sebagai panglukatan Widyadara Widyadari yang biasanya diperuntukkan kepada orang yang baru selesai menjalani upacara mepandes atau potong gigi.[10]

  1. Kegiatan di Pura Tirta Sudamala
Di Pura ini terdapat pancoran air yang dianggap suci sehingga banyak pengunjung yang datang untuk  membersihkan diri atau melukat. Konon  mandi di air mancur yang dipercaya dapat menghapus aura negatif yang ada pada diri seseorang. Namun sebelum melakukan prosesi melukat, ada beberapa hal yang dipersiapkan yakni Anda harus menggunakan busana adat madya. Artinya pakaian yang dipakai adalah pakaian adat sederhana yang menggunakan kain/kamben serta selendang/senteng. Untuk atasan boleh menggunakan pakaian apapun asalkan sopan.[11]
Anda harus menghaturkan sesajen yang berupa pejati atau canang sari. Kemudian berdoa dengan memohon ijin untuk melakukan pembersihan diri.
Selepas sembahyang dan menghaturkan pejati, dilanjutkan dengan mandi di bawah guyuran air pancuran. Setelah melukat usai dilalukan, Anda akan diberi tirta dan bija oleh pemangku.
Tak sembarang orang boleh masuk ke wilayah Pura Tirta Sudamala. Terutama bagi wanita yang sedang hamil tidak diperkenankan untuk memasuki kawasan pura. Ini terkait untuk menjaga kesucian pura.[12]

  1. Sistem Pengurusan dan Pemangku Pura Tirta Sudamala
  • Pamong Pura yaitu para pengempon desa adat yang terdiri atas kelian banjar banyuasri dan para pemangku yang bertugas di pura tersebut.
  • Pemangku
Pura tirta sudhamala memiliki 5 pemangku yang bertugas untuk ngantebang banten serta melayani proses penglukatan para pemedek. Serta 2 pemangku Jero Gde yang bertugas sebagai pembersih pura. Kelima pemangku tersebut dipimpin oleh Jero mangku Sudhamala yang bernama Jero mangku Gede Fery Hariawan, SE.
Berikut ini adalah nama-nama pemangku di Pura Tirta Sudhamala.
  1. Jero Mangku Gd Fery Heriawan.
  2. Jero Mangku Istri Sudhamala ( istri dari JerO mangku Gd Gd Fery Heriawan)
  3. Jero Mangku Ketut Widiana Giri
  4. Jero Mangku Luh Nadi
  5. Jero Mangku Juli Hartawan

Pura Tirta Sudhamala Berada di jalan Jendral Sudirman, Desa Banyuasri, Buleleng Bali. Lingkungan alam sekitar Pura berupa perumahaan/ pemukiman penduduk yang di sebelah timurnya masih berupa tanah kosong yang ditanami jagung, namun demikian tidak mengurangi keasrian Pura lebih-lebih lebih-lebih dilatarbelakangi oleh suatu alam bentang sungai yuang asri yang nampak dengan jelas, sehingga menambah indahnya pandangan mata kita. Keberadaan Pura ini sangat terlindung. Kelestarian dari pura ini masih utuh dan tetap terjaga yang secara tak langsung mendukung suasana. Konsep Penataan pura ini, Keseimbangan alam bhur, bhuwah, swah yang merupakan falsafah Tri Bhuwana, perlu dilestarikan untuk menjaga kawasan suci agar tetap utuh dan sakral. Di Pura Tirta Sudhamala ini perwujudan bangunan suci tidak menampakkan nilai kegunaan kecuali palinggih prathiwi  menunjukkan nilai kegunaan.[13]
Sampai saat ini piodalan di Pura Tirta Sudhamala yang telah ditentukan yaitu setiap anggar kasih perangbakat ( setiap 6 bulan sekali ) danpelaksanaan piodalan tersebut dilakukan selama 3 hari.Banten yang di perlukan pada saa piodalan di Pura Tirta Sudamala yaitu banten Suci atau banten Sorohan yang dihaturkan kepada Dewa Ayu, dan Banten Pesatian, tipat gong, segehan putih kuning, dan telur bebek, dimakna banten tersebut dihaturkandi taksu. Biasanya pada saat dilaksanakannyya piodalan di Pura Tirta Sudhamala banyak para umat yang melakuksn persembahyangan mengalami kesurupa.[14]



BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Pura Tirta Sudhamala Berada di jalan Jendral Sudirman, Desa Banyuasri, Buleleng Bali. Lingkungan alam sekitar Pura berupa perumahaan/ pemukiman penduduk. Konsep Penataan pura ini, Keseimbangan alam bhur, bhuwah, swah yang merupakan falsafah Tri Bhuwana, perlu dilestarikan untuk menjaga kawasan suci agar tetap utuh dan sakral. Sesuai dengan tatanan Tri Hitakarana yang meliputi kawasan Pura, lingkungan hunian, lahan usaha tani, wajib dikendalikan dengan suatu pola yang bersumber pada keselarasan yang saling mendukung.
Nama- nama pemangku di Pura Tirta Sudhamala yaitu, Jero Mangku Gd Gd Fery Heriawan, Jero Mangku Istri Sudhamala ( istri dari JerO mangku Gd Gd Fery Heriawan), Jero Mangku Ketut Widiana Giri, Jero Mangku Luh Nadi, Jero Mangku Juli Hartawan.
   Piodalan di Pura Tirta Sudhamala yang telah ditentukan yaitu setiap anggar kasih perangbakat ( setiap 6 bulan sekali ) dan pelaksanaan piodalan tersebut dilakukan selama 3 hari. Banten yang di perlukan pada saa piodalan di Pura Tirta Sudamala yaitu banten Suci atau banten Sorohan yang dihaturkan kepada Dewa Ayu, dan Banten Pesatian, tipat gong, segehan putih kuning, dan telur bebek, dimakna banten tersebut dihaturkandi taksu



DAFTAR PUSTAKA

http://zoldyckbieb.blogspot.co.id/2013/11/makalah-agama-hindu.html, dikses pada tanggal 22 Mei 2017 Pukul 10.21

Made Tirthayasa, Menjadikan Pura Tirta Sudhamala Sebagai Obyek Wisata di Bali Utara,  Jurnal Patroli, diakses dari http://jurnalpatrolinews.com/2017/02/12/menjadikan-pura-tirta-sudhamala-sebagai-obyek-wisata-di-bali-utara/ 

[1] Made Tirthayasa, Menjadikan Pura Tirta Sudhamala Sebagai Obyek Wisata di Bali Utara,  Jurnal Patroli, diakses dari http://jurnalpatrolinews.com/2017/02/12/menjadikan-pura-tirta-sudhamala-sebagai-obyek-wisata-di-bali-utara/ 

[2] Ibid

[3]  Ibid

[4]  Ibid

[5] Ibid

[3]  Ibid

[7]  Oki Saputra “Pura Tirta Sudamala Mata Air Suci Dari Pohon Bunut Tua”, Colek Pamor http://colekpamor.blogspot.co.id/2016/03/  

[8] Anggun Dwi Utami, “Pura Tirta Sudamala” , diakses dari http://hindu-akuntansi-1i-undiksha.blogspot.co.id/2014/11/pura-tirta-sudamala.html

 [9] Oki Saputra “Pura Tirta Sudamala Mata Air Suci Dari Pohon Bunut Tua”, Colek Pamor http://colekpamor.blogspot.co.id/2016/03/ 
[10] Ibid
[11]  Tradisi Melukat di Pura Tirta Sudamala, KintamaniID, diakses dari http://www.kintamani.id/pura-tirta-sudamala-bangli-pura-suci-suasana-alami-bali-001388.html
[12] Ibid
[13] ZOLDYCK BIEB, Agama Hindu, diakses dari  http://zoldyckbieb.blogspot.co.id/2013/11/makalah-agama-hindu.html  
[14] Ibid 

 
 Pengelukatan Tirta Sudamala
  Pengelukatan Pura Tirta Sudamala Terbaru, Durasi : 02 menit 22 detik
Menampilkan kegiatan Melukat atau pembersihan di Pura Tirta Sudamala yang dilakukan oleh semua kalangan dan dipimpin oleh Pemangku.


 
 Pengelukatan Tirta Sudamala Bangli
 
    Pengelukatan Pura Tirta Sudamala Bangli, Durasi : 04 menit 49 detik
Menampilkan kegiatan perjalanan menuju Pura Tirta Sudamala Bangli,  lingkungan di sekitarnya, serta menunjukkan tempat pengelukatan yang sudah dikeilingi oleh umat Hindu


 Tempat Melukat di Pura Sudamala
Tempat Melukatan Pura Tirta Sudamala Bangli, durasi : 05 menit 49 detik
Ini merupakan slide photo yang menampilkan lingkungan sekitar yang terliihat asri, dan juga menampilkan bangunan-bangunan Pura dan lokasi melukat yaitu 11 pancoran